Minggu, 25 Agustus 2013

10 Bentuk Umum Penyiksaan dan Sebabnya

Pada tahun 2000, kelompok hak asasi manusia International  Amnesty dan organisasi ilmu sosial Afrika, CODESRIA menerbitkan buku pegangan bagi kelompok pengawas penjara dimana diduga terjadi penyiksaan. Panduan ini memberikan wawasan mengenai bentuk perlakuan kekejaman, hal-hal yang tidak manusiawi dan merendahkan martabat (CID).
Buku ini juga membahas bentuk penyiksaan yang paling umum antara lain pemukulan, sengatan listrik, menggantung bagian tubuh seseorang, eksekusi palsu dan bentuk kekerasan seksual, khususnya pemerkosaan.
Selain daftar Amnesti Internasioal, kita juga akan melihat 5 bentuk umum penyiksaan yang dikutip oleh Pusat Kesehatan Pengungsi dan HAM Boston, termasuk luka bakar, sesak nafas, percobaan paksa pada manusia dan penghilangan jaringan serta anggota badan.
Sementara sebagian besar kekerasan yang masih ada adalah kekerasan fisik, penyiksaan (penyiksaan hitam), eksekusi palsu (penyiksaan putih).  Ada sedikit perbedaan antara bentuk hitam-putih penyiksaan namun keduanya sama-sama berbahaya. Sebagai Kelompok Kemanusiaan SPIRASI (Spiritan Asylum Services Initiative) mengatakan, “Metode penyiksaan fisik dan psikologis sangatlah mirip, masing-masing seharusnya tidak dipisahkan.” (sumber : SPIRASI)
Berikut adalah 5 bentuk umum penyiksaan di seluruh dunia yang masih ada. Kita akan mempelajari bentuk penyiksaan yang telah digunakan selama ribuan tahun tetapi sama sekali tidak mengurangi rasa sakitnya. Sebelum melanjutkan membaca, perlu diketahui bahwa artikel ini berisi tentang kekerasan yang mungkin tidak perlu dibaca bagi sebagian orang.

10. Dibakar
Shwygar Mullah www.cnn.com

Di antara banyak cerita pelecehan dari Rezim Moammar Khadafi yang muncul di Libya pada tahun 2011, Shwygar Mullah-lah yang rincian penyiksaannya paling memilukan. Shwygar bekerja untuk anak Moammar, Hannibal sebagai pengasuh, ketika Istri Hannibal, Aline, marah karena ia menjaga anak-anak dari pasangan tersebut dengan baik. Dalam kemarahannya, Aline diduga secara sadis menyiram Shwygr dengan air panas. Sekarang seluruh tubuh Shwygr tertutup dengan luka bakar sehingga wajahnya hampir tidak bisa dikenali.
Kisahnya merupakan bukti dari rasa sakit dan bekas luka yang membekas selamanya –baik secara emosional maupun fisik—yang merupakan bentuk umum penyiksaan. Bahkan praktek tersebut membuat kita kembali pada masa 2000 SM, ketika penjahat di cap dengan tanda seperti itu agar tanda tersebut mengatakan kejahatan yang pernah mereka lakukan.
Baru-baru ini, ahli dan Stockholm pusat untuk penyiksaan dan traum korban, menemukan bahwa 83 pencari suaka politik yang disiksa di Bangladesh, 78 persen mengalami luka bakar, yang sebagian besar disebabkan oleh rokok atau dalam beberapa kasus disebabkan air dan besi panas. Korban penyiksaan juga kerap mendapat luka bakar dari paparan bahan kimia atau benda dingin yang ekstrim. Luka-luka tersebut sangat rentan terhadap infeksi jika tidak ditangani dnegan baik, dan luka yang diterima korban seringkali membekas selama sisa hidup mereka.

9. Luka Dalam
Segala bentuk penyiksaan itu mengerikan, tetapi luka tembus seperti luka tusukan dan tembakan bisa menjadi sangat traumatis. Sebuah studi oleh Unversitas Boston menunjukkan bahwa cedera tersebut merupakan bentuk penyiksaan yang mengakibatkan kerusakan syaraf seumur hidup.
Itu semua masuk akal, mengingat senjata dan pisau mampu menimbulkan kerusakan dalam yang parah, di mana seringkali pelaku tidak bermaksud melakukannya. Luka peluru dan pisau dapat memutuskan tulang belakang, misalnya menghancurkan ligamen dan tendon yang menyebabkan luka permanen. Ditambah lagi, korban seringkali tidak mendapatkan perawatan medis yang dibutuhkan, sehingga menyebabkan infeksi dan penyembuhan yang tidak maksimal.
Meskipun luka tembak sering didapat ketika seseorang hendak ditangkap, luka tembus digunakan sebagai metode untuk menyiksa seseorang. Organisasi nirlaba Internasional melaporkan bahwa para korban penyiksaan di China menderita luka tusuk pada ujung jari mereka yang disebabkan bambu, jarum dan benda tajam lainnya juga gendang telinga mereka yang pecah karena serangan menggunakan tongkat.
Berdasarkan pemeriksaan terhadap pengungsi  dari bangladesh mengungkapkan banyak dari mereka juga mendapatkan kekerasan oleh benda tajam. Bahkan 79 persen dari kelompok yang diteliti menderita luka yang disebabkan oleh pisau, pedang, jarum dan kaca. (Sumber : Edston).

8.              Sesak Nafas

Cekikan memang mengerikan, tapi penelitian terbaru mengungkapkan alasan fisiologis mengenai efektivitasnya sebagai metode penyiksaan. Peneliti dari universitas Iowa menemukan bahwa, ketika tikus menghirup udara dengan tingkat CO2 yang dinaikkan – gas yang sama yang ada terbentuk ketika manusia tercekik—tikus menanggapinya dengan membeku di tempat. Setelah dilakukan studi lebih lanjut, para peneliti menemukan bahwa peningkatan kadar CO2 menghasilkan tingkat pH yang lebih tinggi pada tikus, sehingga memicu respon takut yang kuat di bagian syaraf otak mereka guna bertahan hidup. (sumber : wilcox). Studi ini mungkin menjelaskan mengapa, selain alasan yang sudah jelas, kita panik ketika kita kekurangan oksigen, atau dengan kata lain, mengapa sesak napas adalah suatu penyiksaan yang sadis.
Penyiksa memutus pasokan udara korban dengan sejumlah cara yang berbeda. Sesak nafas dapat menyebabkan kejang dan hilang kesadaran, dan memiliki potensi untuk membunuh korban. Efek jangkan panjang yang lain adalah bronkitis kronis akibat menghirup cairan, serta kerusakan otak permanen yang menyebabkan hilang ingatan atau bahkan koma.
Sementara penyiksaan sering digunakan untuk mendapatkan informasi dari korban, bentuk penyiksaan berikutnya yang ada di daftar ini mengambil konsep tersebut ke dalam tingkat yang menakutkan.

7. Percobaan Manusia Secara Paksa
Tahanan dari Kamp Konsentrasi Jerman

kita sering berpikir bahwa pelaku penyiksaan adalah preman atau berandal yang dipersenjatai dengan alat-alat besar namun efektif dalam menimbulkan rasa sakit. Namun, pelaku eksperimen paksa pada manusia jauh lebih canggih dalam metodenya. Para pelaku terkadang mengejar tujuan-tujuan seperti menyembuhkan penyakit atau agar lebih memahami tentang tubuh manusia, namun metode mereka sangat menjijikkan.
Mungkin contoh yang paling terkenal dari percobaan terhadap manusia terjadi selama perang dunia II, yang dilakukan oleh unit 731 Jepang dan dokter-dokter yang bekerja di kamp-kamp konsentrasi Jerman. Unit 731 menggunakan tawanan perang sebagai kelinci percobaan manusia, menginfeksi mereka dengan penyakit mengerikan dan membedah korban hidup-hidup dalam upaya mengembangkan senjata biologi yang mematikan. Percobaan ini menewaskan 10.000 tahanan,dan pengujian pada desa-desa di Cina menambah angka kematian hingga 300.000 jiwa (Sumber : McNaught).
Percobaan yang dilakukan oleh dokter Nazi juga tidak kalah mengerikan. Tahanan kamp konsentrasi dipaksa hingga - dan kadang-kadang melampaui - batas hidup. Korban dipaksa untuk duduk berjam-jam dalam air dingin, terinfeksi dengan segala macam penyakit dan menimbulkan luka yang mirip yang diderita ketika di medan perang. Dokter kemudian akan memperlakukan korban dengan sembrono, prosedur menyakitkan yang sering berakhir dengan kematian.
Sementara kekejaman yang dilakukan selama Perang Dunia II unggul dalam skala dan kekejaman percobaan, sebenarnya pemaksaan eksperimen pada manusia telah terjadi selama ribuan tahun. Sejak awal, penentang praktek telah memperdebatkan apakah wawasan yang diperoleh melalui penderitaan manusia harus digunakan oleh komunitas ilmiah yang lebih besar.

6. Pelepasan atau Penghilangan Anggota Tubuh

kita sudah tahu beberapa kekejaman yang dilakukan oleh dokter Nazi, namun kita belum memeriksa salah satu upaya mereka yang paling mengerikan : tanam anggota badan dan jaringan. lengan, kaki dan bagian tubuh korban yang lainnya dibuang dengan cara mengerikan. Dokter kemudian mencoba untuk melakukan  transplantasi bagian-bagian tubuh korban lainnya, tetapi hasilnya sama-sama mengerikan, membuat semua anggota tubuh korban rusak dan berjuang mati-matian agar tetap hidup.
Amputasi dan penghapusan jaringan telah lama digunakan sebagai bentuk penyiksaan. Penyiksa biasanya menghapus kuku, gigi dan angka dari korban, tetapi setiap bagian tubuh bisa menjadi bahan.
Sepanjang Abad Pertengahan, misalnya, penjahat di Inggris akan menghadapi amputasi tangan, telinga dan bagian tubuh lainnya oleh algojo, dan praktek ini tidak pernah usang [sumber: Kellaway]. Rasa sakit fisik dan gangguan penyiksaan seumur hidup hanyalah sebagian dari hukuman, amputasi tersebut juga menjadikan mereka sampah masyarakat karena luka-lukanya.
Entri berikutnya dalam daftar kami adalah penyiksaan dalam bentuk yang paling dasar.

5. Pemukulan

sebuah studi oleh Denmark dari 69 pengungsi menemukan bahwa 97 persen dari korban yang selamat melaporkan telah dipukuli oleh penculik mereka [sumber: Olsen et al.].
"Pemukulan bersifat universal, meskipun alatnya dapat bervariasi," tulis penulis Michael Peel dan Vincent Iacopino dalam " The Medical Documentation of Torture." Memukul bisa berarti meninju, menampar atau menendang korban. Ini mungkin dilakukan secara spontan, atau dalam hubungannya dengan metode lain. Penculik juga dapat memberikan pukulan dengan senjata tumpul.
Ada juga beberapa metode khusus untuk jenis penyiksaan. The falanga (atau falanka, tergantung di dunia mana Anda sedang disiksa) melibatkan metode pemukulan telapak kaki. Jenis penyiksaan ini dapat membuat kaki korban sensitif terhadap sentuhan dan suhu [sumber: Prip dan Perrson].

4. Kejut Listrik

Metode penyiksaan kejut listrik belum selama metode lain yang banyak digunakan - manusia belum bisa memanfaatkan listrik sampai akhir abad ke-19. Listrik segera digunakan sebagai metode penyiksaan begitu tercipta.
"Amerika tidak hanya mengembangkan tenaga listrik," tulis ahli penyiksaan Darius Rejali di The Boston Globe, "mereka menciptakan perangkat penyiksa elektrik pertama dan menggunakannya dalam kantor polisi dari Arkansas ke Seattle." Sengatan listrik dapat dilakukan dengan menggunakan senjata setrum dan perangkat terapi electroconvulsive (ECT).
Jenis penyiksaan dapat dikatakan kasar karena mengalirkan arus listrik ke korban melalui cambuk atau perangkat lain yang dirancang untuk memberikan kejutan yang melekat pada aki mobil. kejutan digunakan sebagai metode penyiksaan karena mereka murah dan efektif. Terlebih lagi, kejutan cenderung meninggalkan sedikit jejak fisik yang jelas dari penderitaan yang mereka terima

3. Kekerasan Seksual

Pemerkosaan adalah bentuk umum dari penyiksaan, terutama selama masa perang. Pemerkosaan pria, wanita dan anak-anak telah terjadi selama terjadi konflik di seluruh dunia. Dalam Perang Balkan tahun 1990-an, perempuan Muslim Bosnia menjadi sasaran perkosaan sistematis di tangan tentara Serbia. Di Kongo, dari tahun 2000 hingga 2006 saja, lebih dari 40.000 wanita dan anak-anak diperkosa [Sumber: Booth]. Di Rwanda pada awal 1990-an, diperkirakan 25.000 perempuan diperkosa. Para tentara mengatakan kepada korban bahwa mereka "dibiarkan hidup sehingga mereka akan mati dalam kesedihan" [sumber: Booth].
Baik pria maupun wanita dapat menderita kekerasan seksual. Apakah penyerang menggunakan tubuhnya untuk menimbulkan kerusakan atau mengacung-acungkan perangkat untuk menembus tubuh korban, perbuatan itu dibentuk sebagai perkosaan. Terlebih lagi, para ahli percaya perkiraan jumlah angka laki-laki yang pernah mengalami penyiksaan perkosaan rendah, karena laki-laki mungkin lebih enggan untuk melaporkan kejadian tersebut [sumber: Burnett dan Peel].
kekerasan seksual memang didefinisikan secara spesifik, namun beberapa ahli menegaskan bahwa semua penyiksaan adalah bentuk perkosaan karena tubuh korban dilanggar.

2. Digantung

Selama Perang Vietnam, Viet Cong memberlakukan sebuah bentuk penyiksaan yang disebut "The Ropes." Dalam "Adaptasi Manusia ke Extreme Stres: Dari Holocaust ke Vietnam," penulis buku ini menggambarkan jenis penyiksaan yang banyak diterima prajurit Amerika setelah ditangkap, "Meskipun ada banyak variasi dalam penyiksaan ini, namun biasanya berupa mengikat siku di belakang punggung dan mengencangkannya sampai menyentuh satu sama lain atau melengkungkan punggung dengan tali membentang dari kaki ke tenggorokan "[sumber: Wilson dkk.]. Ketegangan yang diciptakan pada otot oleh pengetatan ini sangat ekstrim - diperburuk dengan menggantung korban dari kaki mereka - dapat menyebabkan kerusakan saraf seumur hidup.
Pemberontak Turki Nasional, Gulderen Baran disiksa oleh polisi di awal abad 20-an. Selain bentuk-bentuk penyiksaan, tangannya digantung di kayu salib dan pergelangan tangannya terikat di belakangnya. Baran menderita kerusakan jangka panjang pada lengannya, kehilangan kekuatan dan gerakan di satu tangan, dan kelumpuhan total lainnya [sumber: Amnesty International, US Dept Negara].

1.       Eksekusi Palsu

Pada tahun 1849, penulis terkenal Rusia Fyodor Dostoyevsky menyadari dirinya hampir menghadapi kematian oleh regu tembak karena kegiatan politiknya. Tapi kematian tidak pernah datang, eksekusi itu dipentaskan, dan Dostoyevsky malah menyadari dirinya menuju ke kamp kerja paksa di Siberia. Eksekusi palsunya tampak telah mempengaruhinya selama sisa hidupnya. Banyak novelnya kemudian terfokus pada penjahat, kekerasan dan pengampunan, semua subjeknya nampak tidak asing bagi si penulis. Tak perlu dikatakan, pengalaman Dostoyevsky bukanlah satu-satunya.
Sebuah eksekusi bohongan ini adalah situasi di mana korban merasa bahwa kematiannya - atau kematian orang lain - sudah dekat atau telah terjadi. Ini bisa dikatakan sebagai lepas tangan secara verbal mengancam kehidupan seorang tahanan, atau secara dramatis menutup mata korban, meletakkan ujung pistol ke bagian belakang kepalanya dan menarik pelatuk. Setiap ancaman jelas tentang kematian yang akan datang masuk ke dalam kategori eksekusi palsu. Water boarding atau metode simulasi tenggelam, adalah contoh eksekusi palsu.
Pedoman Lapangan tentara Amerika secara tegas melarang tentara dari pementasan eksekusi palsu [sumber: Levin]. Tapi laporan dari beberapa anggota militer AS melakukan eksekusi ini muncul dari Perang Irak. Sebagai contoh, pada tahun 2005, satu orang Irak yang diinterogasi karena mencuri logam dari gudang senjata telah disiksa dan diminta untuk memilih salah satu dari anak-anaknya yang mati karena kejahatannya. Ketika anaknya dibawa keliling gedung, menurut pandangan pria itu, dia buat percaya bahwa anaknya telah dieksekusi ketika ia mendengar suara tembakan dilepaskan. Dua tahun sebelumnya, dua personel Angkatan Darat diselidiki untuk pementasan eksekusi palsu. Dalam sebuah situasi, salah seorang warga Irak dibawa ke daerah terpencil dan dibuat untuk menggali lubang kuburnya sendiri, dan tentara berpura-pura akan menembaknya[sumber: AP].
Militer AS tentu bukan satu-satunya kelompok yang melanggar hukum internasional mengenai eksekusi palsu sebagai penyiksaan. Pada tahun 2007, 15 warga Inggris ditangkap oleh Pengawal Revolusi Iran. Setelah malam kedua, para tahanan diminta berbaris menghadap dinding, ditutup matanya dan diikat. Di belakang mereka, para tahanan mendengar senjata terkokang, diikuti bunyi klik tembakan yang hampa [sumber: Kelly].
Meskipun terdapat larangan terhadap aksi tersebut, eksekusi palsu masih digunakan sebagai sarana penyiksaan - mungkin karena efektivitasnya dalam mendapatkan rahasia tahanan. Efek dari ancaman tersebut berimbas pada kehidupan korban yang mendalam: Pusat Korban Penyiksaan melaporkan korban yang pernah menjalani eksekusi palsu mengenai kilas balik di mana mereka merasa seolah-olah sudah mati [sumber: CVT].


Tidak ada komentar:

Posting Komentar